Jamur Merang di Expo Pendidikan


Kelezatan jamur sudah tak asing lagi di lidah kita. Saat ini siputih dengan tekstur lembut ini memang menjadi primadona di kalangan pecinta kuliner. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi para petani jamur. Menanam jamur tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Nggak percaya? Datang saja di Expo pendidikan School Contest IV Radar Kediri di hall IKCC. Salah satu stand, tepatnya di stand UNIK. Di stand ini menampilkan secara langsung proses penanaman jamur dari pembibitan hingga panen.


“Sebelum ditanam, benih direbus dulu selama kurang lebih 8 jam,” jelas Leni salah satu mahasiswa UNIK yang sedang mendapat giliran jaga. Dengan senang hati ia menceritakan pada pengunjung tahap-tahap penanaman jamur merang. Tidak menyangka juga ternyata sebelum ditanam, bibit jamur harus direbus dulu. Tahap berikutnya bibit ditanam dan mengalami masa ingkubasi selama 1 bulan. Selama 3 bulan bisa memanen jamur lebih dari 3 kali…waw pantas saja pasokan jamur di pasar tetap melimpah walaupun banyak yang menkonsumsinya.


Bukan hanya itu saja produk yang dipamerkan stand UNIK, salah satu universitas di Kediri ini juga memamerkan sampel penyakit yang menyerang tanaman pangan. Terdapat banyak toples yang didalamnya ada tanaman berpenyakit yang telah diawetkan dengan formalin.


Stand satu ini cukup menarik banyak pengunjung final party School Contes IV apalagi ditambah dengan adanya doorprise yang akan diberikan. Wah…wah ada saja cara untuk menarik pengunjung.

Nge NET ala TERRA

3 orang gadis remaja terlihat cekikikan sambil mengerubungi satu alat yang ada di Stand TERRA. Penasaran, saya pun datang bergabung dengan mereka. Ternyata mereka bertiga sedang berchatting ria melalui Facebook menggunakan computer yang disediakan oleh stand ini. Yang mengejutkan adalah tidak ada alat berupa keyboard dan mouse di computer itu. Oke, kalau itu sebuah laptop masih wajar jika mousenya tidak ada, tapi ini benar-benar monitor computer saja!




Wow touch screen ternyata…, ketiga anak remaja yang masih asik FBan itupun juga nampak kagum dan keasikan dapat browsing gratis. “Kan jarang-jarang kita bisa ngenet gratis dengan computer canggih seperti ini.” Ujar Dea, siswi dari Mts N 1 Kediri tersebut. Ia dan ketiga temannya mengaku baru pertama kali itu melihat secara langsung computer touch screen.




Menurut keterangan mas Joko, ternyata computer touch screen itu adalah produk original siswa TERRA / STMIK KADIRI yang merupakan Cyber campus pertama di kota Kediri, “Ini memang produk rakitan kami sendiri makannya tidak ada labelnya,” tuturnya sambil memberikan keterangan-keterangan mengenai keahlian siswa-siswi STMIK. Dengan itu terbuktilah bahwa anak Indonesia mampu berkarya dan memiliki kreasi yang tak kalah dengan anak-anak dari negeri seberang.


Bukan hanya computer touch screen itu saja yang ada dalam stand tersebut. Berbagai produk penunjang IT tersedia murah disana. Tidak ketinggalan STMIK membuka pendaftaran mahasiswa baru dalam kesempatan ini.

Pesona FIFA Worl Cup di Perang Mading



          Euphoria FIFA World Cup masih membekas begitu lekat. Terbukti dengan banyaknya mading yang bertemakan world cup dalam final perang mading radar Kediri pada hari ini (29/07). Bukan hanya itu di beberapa mading yang bertemakan selain FIFA World Cup pun, dapat kita jumpai artikel tentang liga tersebut bertengger indah diatasnya.


          Memang tidak ada yang bisa menolak pesona liga empat tahunan itu, apalagi world cup yang berlangsung di Africa Selatan tersebut sangat berbeda dengan liga-liga sebelumnya. Banyak prediksi meleset dan peramal berusaha menebak, siapa pemenang ajang olah raga pria terbesar di dunia tersebut. Dan kemenangan tim La Furia Roja mampu membuat setiap orang menahan nafasnya dalam-dalam.
         Mungkin itulah yang menjadi inspirasi bagi beberapa tim mading untuk memilih tema tersebut. Kemenangan yang tak pernah terduga bisa menghampiri siapa saja.

Langkah Anggun Finalis Duta Lingkungan


          Siang hari di hall IKCC, selain berlangsungnya berbagai perlombaan dalam ajang School Contest IV Radar Kediri, tak ketinggalan gladi kotor Larissa Putri Lingkungan Sekolah. Wajah-wajah ayu berlenggok diatas panggung utama dengan anggunnya. Tentu saja banyak criteria penilaian untuk memilih dutling Larisa.




          Sama seperti tahun sebelumnya, terdapat seorang perwakilan dari SMAN 2 Kediri yaitu Choirun Nisha. Keberhasilan SMAN 2 Kediri meraih juara duta lingkungan tahun lalu yang diwakili oleh Fiska, tentunya menjadi ketegangan tersendiri bagi Nisha . Bagaimanapun juga tidaklah mudah mempertahankan gelar juara walaupun acara kali ini sedikit berbeda. Tetapi gadis manis yang memiliki rasa cinta budaya begitu kental tersebut tetap optimis untuk menang.





          Gladi kotor finallis Larissa Putri lingkungan ini ditujukan untuk persiapan tampil pada hari Sabtu nanti. Keanggunan langkah saat latihan begitu dirasa banyak penonton disana. “Masih latihan saja pesona mereka sudah terlihat, apalagi saat tampil sungguhan nanti.” Ujar Rian, salah seorang pengunjung yang mengaku langsung naksir salah satu finallis Larissa Putri Lingkungan tersebut.

Insiden Mading SMADA

Rabu, 28 Juli 2010.

          SHOCK. Satu kata yang tepat untuk menggambarkan beragam emosi dari seluruh anggota tim Mading SMAN 2 Kediri. Bagaimana tidak? mading 4D yang semula begitu indahnya, rusak dalam waktu kurang dari 5 menit. Parahnya mading tersebut rusak tepat di depan gedung IKCC dimana tempat final perang mading School Contest IV akan berlangsung keesokan harinya. Sungguh sangat ironis. Peristiwa itu mengingatkan kami pada kejadian 1 tahun lalu, dimana 2 hari sebelum Final Perang Mading School Contest III berlangsung, kejadian serupa juga menimpa tim ini. Bedanya tahun lalu mading rusak di Aula sekolah –tempat pembuatan mading tersebut.


          Beragam pertanyaan dilontarkan berbagai pihak, tetapi karena masih shock semua anggota tim tutup mulut dalam insiden ini. Dan tak diduga sebelumnya, mereka tak menyerah melainkan berupaya mencari solusi. Bagaimanapun juga mereka harus tetap ikut final party ini. 

“Hari ini kita dapat banyak sekali pelajaran berharga untuk yang kesekian kalinya. Mungkin kita memang tidak bisa mempersembahkan mading yang sempurna buat SMADA, tapi yang membuat aku bangga adalah kita mampu membuktikan kalau tidak ada yang bisa menghalangi langkah kita untuk ikut lomba mading dari awal hingga akhir kometisi ini. Karena kita sadar bahwa kita anak SMADA, yang tidak mengenal kata menyerah. ” jelas Ratna setelah kembali tenang dari keterkejutannya. 

          Patut diacungi jempol tim ini, dengan keyakinan yang telah pulih ke 8 anggota tim memutar otak untuk menyempurnakan mading mereka kembali. Sekali lagi tak disangka-sangka sebelumnya, mereka merubah mading yang semula berwarna full gold berubah menjadi colourfull dengan corak salju dan ukiran ranting pohon. Semua tambahan itu ditujukan untuk menutupi bekas keretakan yang ada serta penyambungan bagian-bagian yang patah. 

“Kita berupaya membuat ketidak-beruntungan ini menjadi berkah buat kita. ” ujar Ratna sambil masih menambahkan beberapa pernik untuk menghiasi mading tersebut.
“Yah anggap saja istana ini ada dimusim salju yang sudah hampir berakhir,” tambah Mayang, ketua tim mading SMADA, “soal penyebab insiden ini, maaf hanya orang-orang tertentu yang kami beri tahu kronologinya.” Jawab Mayang sambil tersenyum jahil.

FLEXI Accoustic Group Contest

               Hawa panas mulai terasa semakin panas ketika bunyi alunan music dari Revolver –acoustic group dari SMAN 3 Kediri- terdengar, menandakan dimulainya kontes musik ini. Walaupun masih pertama kalinya digelar, peminat dari Flexi Acoustic group contest yang diselenggarakan oleh Radar Kediri. Kontes berlangsung sangat seru dengan sumbangan sorak - sorai dari supporter tiap tim. Dukungan dari teman-teman dapat meningkatkan rasa semangat serta optimis pada diri peserta. Bayangkan saja jika kita tidak memiliki pendukung dalam suatu kompetisi pastinya itu akan memberikan efek negative difikiran kita.


               Mengenai rasa nerveous pastinya selalu ada di hati tiap peserta walaupun itu hanya sedikit. Entah itu saat persiapan, atau saat penampilan, bahkan ada juga yang mengaku nerveous setelah sehabis show, yah…tapi itu minim sekali. kebanyakan rasa nerveous datang saat detik-detik terakhir menuju penampilan.“Sempat nerveous sedikit, tapi setelah di panggung sudah tidak lagi.” Ujar Citra, vokalis Glory Morning dari SMAN 1 Kediri, usai menyanyikan lagu Yamko rambe yamko dengan apiknya. Walaupun begitu ia juga menegaskan bahwa ia dan timnya optimis menang . Hal serupa juga dialami oleh peserta dari group-group lainnya.

               Persiapan yang matang sudah dilakukan demi perfoma terbaik hari ini. Rasa optimis memang wajib ada di hati setiap peserta. “Kami Optimis menang! latihan setiap hari sudah kami lakukan dan inilah waktunya kami berkarya.” Kata Bangun, salah seorang personil Precious Acoustic dari SMAN 8 dengan penuh semangat. Ia dan timnya sudah menyiapkan vocal Group dengan style menyanyi yang unik berbeda dengan group-group lainnya.

              Tidak kalah antusiasnya dari group yang duduk dibangku SMA. Peserta dari SMP pun juga yakin dapat meraih kemenangan di acara ini. Over all seluruh peserta benar-benar membuat juri bingung memilih pemenangnya.

Kostum Budaya Masih Mendominasi

                       29 JULI 2010, final party school contest IV telah dimulai. Kali ini mengusung tema My Future My Obsession, yang mengharuskan peserta memadukan imaginasi dan kreasi yang lebih unik lagi dari tahun-tahun sebelumnya. Acara digelar mulai pagi hari, dibuka secara simbolik oleh wali kota bapak Samsul Ashar para finalis perang mading memasuki zona competetion dengan style masing-masing. Belajar dari pengalaman tahun lalu semua peserta berlomba dengan berpenampilan semenarik mungkin. Masih dalam euphoria hari jadi kota Kediri yang mengutamakan kebudayaan, kebanyakan costum yang mereka pakaipun lebih condong pada tema tersebut. Walaupun begitu adapula berbagai costum unik lainnya, seperti costum astronot, badut, FIFA world cup, dan bahkan costum korban bencana bom.

                      Selain peserta perang mading, nampak pula peserta Flexi School Photograph contest dan Flexi School Photograph yang memulai aksinya. Sinar blitz terus menyambar dari tangan fotografer-fotografer muda tersebut. Tak ketinggalan peserta lomba poster dengan lihainya menarikan tangan mereka di atas media kertas .

                      Menginjak siang, di samping panggung utama berkumpul musisi-musisi muda yang bersiap unjuk kebolehan dalam acoustic group contest. Sama seperti peserta perang mading. Costum dengan tema budayapun juga mendominasi.