Sebuah museum di Kanada mengadakan penyelidikan, Jumat (11/2) waktu setempat, mengenai penyebab kematian mendadak 20 ribu lebah koleksi mereka.
“Seluruh 20 ribu lebah kami mati dalam waktu 48 jam,” papar kurator Royal Ontario Museum Amanda Fruci. Sarang lebah-lebah tersebut diletakkan dalam ruangan kaca, agar bisa dilihat pengunjung.
Menurut Fruci, pihak museum hingga kini masih belum yakin mengapa koloni lebah peliharaan mereka itu tiba-tiba terkena sindrom kolaps. Sebab, sindrom itu biasanya menimpa lebah yang meninggalkan sarangnya dan tak pernah kembali.
“Dalam kasus ini, mereka mati di dalam sarangnya sendiri,” papar Fruci yang menyatakan dalam keadaan normal, koloni lebah memang kehilangan 5% populasinya. Jika terkena sindrom kolaps atau colony collapse disorder (CDD), bisa sampai 90% tewas.
Misteri kematian massal populasi lebah juga dilaporkan pada koloni-koloni di Eropa, Jepang dan beberapa bagian bumi lainnya, dalam beberapa tahun terakhir ini. Sejumlah tanaman pertanian terancam, terutama yang bergantung pada lebah untuk penyerbukan.
Pihak Royal Ontario Museum menyingkirkan kemungkinan bahwa penyebab kematian adalah kesalahan perawatan atau kelaparan pada lebah-lebah itu. Namun, beberapa penyebab yang mungkin adalah ventilasi rendah, parasit atau sarang yang kurang hangat.
Kematian massal lebah seringkali dikatakan sebagai kiamat ekologi. Hal ini disebabkan banyaknya tanaman yang bergantung pada hewan penghasil madu ini untuk proses penyerbukan. Meski begitu, kasus kali ini menimpa lebah-lebah koleksi museum. [ast]
berita yg menyedihkan, semoga nggak terjadi lagi
BalasHapus